Indonesia memiliki masyarakat yang berpengetahuan (knowledge based society). Tapi apakah kondisi sekarang ini mendukung terwujudnya hal itu? Semua harus diawali dari sebuah komponen kecil dari system kehidupan yaitu pendidikan. Pemerintah kini sudah membuat blue print TIK untuk pendidikan. Konsep yang ditawarkan cukup bagus dan sudah mulai diaplikasikan di beberapa sekolah, yaitu dengan sistem pendidikan konvensional yang sudah mulai bermigrasi kepada sistem pembelajaran berbasis TIK. Sayangnya masih hanya di sekolah unggulan dan belum menjangkau ke seluruh wilayah Nusantara. Padahal, berapa banyak sekolah unggulan di Indonesia bila dibandingkan dengan sekolah ala kadarnya? Kalau membayangkan pendidikan di seluruh Indonesia menggunakan pembelajaran berbasis IT dan merata dalam waktu beberapa tahun ke depan, mungkin hal itu yang cukup sulit untuk direalisasikan. Tetapi harus ada titik awal untuk mencoba bangkit dai ketertinggalan.
Berbicara tentang TIK, erat kaitannya dengan pemanfaatan teknologi untuk mengoptimalkan tujuan pembelajaran. Adalah hal yang menarik dan lebih bermanfaat daripada hanya sekedar belajar mendengarkan penjelasan dari guru (teacher center) bila konsep pembelajaran dengan TIK diaplikasikan sesuai dengan fungsionalitasnya. Metode pengajaran satu arah, akan membuat siswa bosan. Guru menerangkan, siswa hanya mendengarkan. Kalau gurunya cukup komunikatif dalam menerangkan, kadang akan membuat siswa semakin termotivasi. Tapi bila guru monoton dalam menyampaikan materi, sangat memungkinkan kondisi masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Harapan dari sebuah pembelajaran adalah aktivitas yang membuat seorang siswa memiliki pengetahuan atau bahkan membangun sendiri pengetahuannya melalui sumber-sumber ilmu yang sangat beraneka ragam. Beberapa media TIK seperti PC, Internet, Radio, Telepon, Televisi, Printer, LCD Proyektor, Intranet pun sudah banyak kita temukan. Akan tetapi, sudah optimalkah media itu dipakai dalam proses pembelajaran? Mungkin bila dilihat sekilas, media tersebut lebih banyak menawarkan hiburan daripada edukasi.
Akan tetapi, dengan berbagai sarana yang ada sangat memungkinkan masa depan TIK di Indonesia akan semakin baik. Dengan banyaknya ahli IT yang concern di dunia pendidikan, dan teknologi yang berkembang dengan cepat tentunya. Apalagi, bila ditunjang dengan kebijakan pemerintah dan berbagai komponen dalam kegiatan pembelajaran yang saling mendukung. Mungkin sekarang masih jauh dari kondisi ideal itu. TIK sebagai solusi pembelajaran pada intinya adalah bagaimana menyajikan materi pembelajaran secara menarik sehingga siswa senang untuk belajar dan bagaimana proses belajar itu tidak dibatasi oleh dimensi ruang maupun waktu. Dimana saja, kapan saja seseorang bisa membangun sendiri pengetahuannya. Berbagai sarana juga bisa disediakan oleh TIK untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pembelajaran seseorang.
Penyajian materi yang baik bisa menstimulus pembelajar untuk berpikir kritis dan kreatif, mengembangkan pengetahuannya dan mengaplikasikan pengetahuannya secara konkret. Karena dengan pemahaman yang menyeluruh tentang suatu konsep pengetahuan, tidak hanya akan membuat daya ingat semakin kuat tetapi kemampuan siswa untuk problem solving juga akan semakin terasah.
Peran Dinas Pendidikan sebagai pemegang kebijakan utama dalam bidang pendidikan sangat diharapkan. Salah satunya adalah Penyajian Materi pembelajaran menjadi modul-modul pembelajaran yang cukup interaktif. Terkadang e-learning yang hanya berisi slide materi yang tidak interaktif dan forum-forum diskusi saja tidak cukup menarik membuat siswa semakin dekat dengan tujuan pembelajaran. Karena Hal ini tentu saja hanyalah sebuah proses mendigitalkan apa yang ada dalam kelas konvensional. Lalu bagaimana sebaiknya, materi pembelajaran disajikan?
Modul pembelajaran merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran. Untuk mengemas modul, tentu saja harus disesuaikan agar konsumen modul (pembelajar) menjadi lebih mudah dalam memahami sesuatu. Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan teknik multimedia saat ini. Saya mengamati beberapa kondisi siswa di kota besar seperti jakarta terutama (murid-murid les privat), kemampuan siswa untuk membangun pengetahuan dan memahami sesuatu agak berkurang. Tentunya jumlah ini cukup banyak bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi. Saya percaya, semua anak memiliki kemampuan yang sama. Hanya saja untuk memahami sesuatu, disitulah letak perbedaan metodenya.
Salah satu contoh misalnya saja, kalau seorang anak senang sekali bermain game. Bagaimana kita desain, sarana belajar untuk anak-anak tipe seperti itu untuk belajar secara interaktif. Misalnya, yang cukup menjadi kesulitan bagi anak yang tidak hobi membaca, pelajaran sejarah akan menjadi momok bagi siswa tersebut. Melihat kondisi seperti itu, kita bisa merancang materi sejarah menjadi sebuah film atau slide yang interaktif. Bisa ditambah video, gambar, dll. Bila siswa mengalami kesulitan, mereka bisa menanyakan kesulitannya kepada fasilitas yang bisa disediakan TIK. Akan lebih menarik, bila satu materi pelajaran dikemas dengan beberapa cara yang berbeda, agar setiap pembelajar yang memiliki kesenangan masing-masing bisa memilih media yang paling mereka sukai. Misalnya saja materi tentang tata surya dengan e-learning. Bisa dikemas dengan berbagai alternatif misalnya video atau yang suka menonton, komik bagi yang gemar membaca komik, game petualangan, nyanyian, dll. Apalagi Internet sudah menjadi komplementer TIK yang mengakibatkan pengetahuan bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja. Seandainya masa depan di Indonesia, hotspot bisa ditemukan dimana saja, seseorang tentunya bisa kapan saja untuk belajar. Di saat menunggu, ketika berkendaraan, di dalam antrian, dll.
Apakah hal tersebut memiliki kendala untuk diaplikasikan? Tentu saja sangat banyak kendalanya. Seperti tidak tersedianya peralatan, mahalnya akses internet, kurangnya pengetahuan dan kemampuan menggunakan TIK alias gaptek, kurangnya dukungan kebijakan masalah keamanan, dan yang terpenting adalah mental masyarakat untuk belajar dan memanfaatkan teknologi yang ada, dll. Secanggih apapun fasilitas belajar dan kemudahan dalam memahami sebuah materi pembelajaran, akan menjadi tidak berguna bila seorang tidak memiliki motivasi untuk belajar. Internet dimana-mana pun akan bisa membuat pembelajaran tidak efektif karena internet menyediakan layanan yang sangat entertain. Agar pembelajaran dapat berhasil, antara pembelajar, media dan pengajar(bila ada),harus saling mendukung. Tidak hanya faktor pemanfaatan TIK saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar