Selasa, 04 April 2017

PERENCANAAN MENENTUKAN BIMBINGAN KONSELING YANG BAIK DI SEKOLAH



Sering kali kita mendengar kata-kata rencana, rencana merupakan suatu kegiatan yang akan dicapai seseorang. Adapun perencanaan adalah kegiatan mendesain program dan kegiatan yang disusun secara sistemik untuk efektivitas pencapaian tujuan yang ingin dicapai. Dalam dunia pendidikan kita mengenal istilah perencanaan dalam materi perencanaan suatu pembelajaran dimana hal tersebt mengarah pada suatu desain kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistematis guna mencapai tujuan yang ingin dicapai. Adapun contoh dari perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah berupa RPP (rancangan pelaksanaan pembelajaran) ataupun silabus. Dengan demikian dalam dunia managemen kita mengenal istilah perencanaan yang merupakan salah satu fungsi dari manajemen itu sendiri.
Dari penjelasan sekilas tersebut tentunya masing-masing bidang memiliki suatu kegiatan perencanaan yang disusun untuk menunjang berbagai tujuan yang ingin dicapai. Begitupun dalam suatu organisasi BK (Bimbingan  dan Konseling) di sekolah. Perencanaan BK (Bimbingan  dan Konseling) di sekolah dapat diartikan dengan penentuan serangkaian tindakan yang dilakukan lembaga pendidik kepada peserta didik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.  Adapun langkah-langkah yang digunakan BK (Bimbingan  dan Konseling) dalam menyusun sebuat rencana adalah sebagai berikut:
  1. Susunlah program bimbingan yang relevan dengan kebutuhan bimbingan di sekolah. Karena dengan program yang relevan dengan kebutuhan ini, akan dapat berfungsi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu perlu diadakan inventarisasi masalah dan kebutuhan anak di sekolah. Kemudian untuk selanjutnya ditentukan prioritas penanganan masalah atau kebutuhan yang akan dilayani.
  2. Mempertimbangkan sifat-sifat khas sekolah, yaitu: jenis sekolah, ukuran sekolah, sifat atau tujuan sekolah, guru-huru, murid-murid dengan berbagai persoalan dan sika. Lingkungan tempat sekolah juga dapat menentukan sifat masalah dan kebutuhannya, umpamanya sekolah di kota besar, di desa, di lingkungan orang berada atau miskin.
  3. Hendaknya diadakan inventarisasi berbagai macam fasilitas yang ada, termasuk di dalamnya petugas bimbingan yang telah ada sebagai pelaksana program bimbingan, ruangan yang telah tersedia dan dapat dipergunakan dan kemungkinan untuk bisa dikembangkan, dana yang tesedia dengan berbagai peralatan yang akan dipergunakan untuk memperlancar jalannya layanan bimbingan di sekolah.
  4. Hendaknya ditentukan program kerja yang terinci dan sistematis dalam program bimbingan di sekolah berdasarkan masalah-masalah yang secara mendesak harus ditangani. Program kerja harus memberi jawaban atas permasalahan atau berbagai kebutuhan yang ada.
  5. Handaknya ditentukan personalia, pembagian tugas dan tanggung jawab yang merata dengan mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu: kemampuan, minat, kesempatan dan bakat yang dimiliki oleh staf sekolah yang ada.
  6. Menentukan organisasi, termasuk di dalamnya ialah  kerja  dan kerja sama dalam mewujudkan program bimbingan, cara berfungsinya tim atau personalia, berhubungan dengan tugas-tugas lainnya.
  7. Hendaknya diadakan evaluasi program bimbingan yang gunanya untuk mengecek seberapa jauh rencana dan pengaturan kerja itu telah dapat dilaksanakan.
  8. Isi atau kegiatan yang diprogramkan, tidak hanya menyangkut bahan yang hendak disajikan tetapi juga metode penyajian maupun kegiatan menunjangnya.
Setelah kita memahami tentang langkah-langkah yang digunakan BK (Bimbingan  dan Konseling) dalam menyusun sebuah perencanaan tentu saja kita harus membicarakan lebih luas sebuah konteks permasalahan. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh guru BK (Bimbingan  dan Konseling) di sekolah adalah apabila sebuah perencanaan telah disusun dengan baik kemudian ternyata terdapat suatu hambatan atau mungkin kegiatan lain yang sifatnya di luar dari perencanaan BK (Bimbingan  dan Konseling) maka bagaimana seorang guru BK (Bimbingan  dan Konseling) menyelesaikan permasalahan tersebut? Jawabannya tentu sangat simpel. Coba sekarang kita analogikan, jika terdapat dua orang anak yang satu dari ana tersebut berasal dari keluarga yang kaya raya dan satu lagi berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka anak manakah yang harus didahulukan untuk bersekolah dengan biaya gratis? Tetu jawabannya adalah anak dengan keluarga tidak mampu. Begituun dalam pelayan BK (Bimbingan  dan Konseling) di sekolah. Apabila terdapat sesuatu kegiatan yang keluar dari perencanaan guru BK (Bimbingan  dan Konseling) maka seorang guru BK (Bimbingan  dan Konseling) harus bijak dalam mengambil keputusan, masalah manakah yang sifatnya lebih urgent atau penting dalam artian masalah tersebut arus diselesaikan dengan cepat sehingga tidak akan timbul permasalahan yang baru. Barulah setelah masalah yang urgen tersebut telah ditanngani, maka BK (Bimbingan  dan Konseling) mampu berblik lagi pada perencanaan BK (Bimbingan  dan Konseling) yang telah disusun sebelumnya.
Dengan demikian sepantasnya guru BK (Bimbingan  dan Konseling) harus mampu menyusun sebuah perencaaan yang baik sehingga akan ditemui sebuah pelaksanaan yang baik pula, karena perencanaan dalam BK (Bimbingan  dan Konseling) sangat menentukan kualitas dari program yang akan dilaksanakan oleh  BK (Bimbingan  dan Konseling) itu sendiri, ibarat sebuah pepatah apabila kita menanam dalam konteks ini kita ganti menjadi merencanakan, maka kita akan mengetan dimana konteks ini kita ganti menjadi keberhasilan. Jadi perencaan dalam BK (Bimbingan  dan Konseling) di sekolah akan sangat menentukan pelaksanaan BK (Bimbingan  dan Konseling) di sekolah itu sendiri sehingga akan dicapai tujuan-tujuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar